Sajak Alegori Daun
Oleh: RizalFaoji
Daun
kuning gugur seraya ucap,
“Sudah
pantaslah daku berpisah dari tanganmu karena sudah waktu.”
Ranting
menghantar tangis, namun daun tegar melengkung senyum,
“Duhai
kawan, kusambut luruh dengan sungguh, karena hidupku adalah berbagi sejuk
dengan seluruh.”
Cikal
hijau kembali tumbuh, tanda segar beranjak tangguh.
Celoteh
beburung di temaram rimbun, seolah ajak dunia menyebut nama Sang Maha Cinta.
Hijau muda berubah warna, makin
hijau digiring waktu.
Lalu
sampai pada pucuk pesona, hijau tua.
Kumbang
menaruh cinta pada helaiannya,
semilir
pun lihai menggoda,
kesejukan
akhirnya tercipta, jalin damai tiada dua.
Perkasa
daun hijau tua lamat-lamat menguning,
tanda
ajal menyapa serupa hening.
Semilir
telah mencatat tarianmu,
burung
dan kumbang telah mengingat teduhmu,
insan
senantiasa tahu sejukmu,
pun
alam yang paham tonggak keabadianmu.
Duhai
daun,
kau
selayak kami, para pengagum daun
yang
akan sepertimu:
bercikal
hijau muda,
berpesona
hijau tua,
lalu
menguning, rapuh, dan bernoda
hingga
menanti waktu, kapan Dia ber-Titah untuk luruh.
Bumi Serpong Damai, April 2014
Label:
Puisi
Diberdayakan oleh Blogger.
Posting Komentar